Jumat, 19 September 2014

Aku Pergi Sebentar kok, Ma, Pa.

                Mungkin merantau adalah pilihan yang berat bagi beberapa orang. Namun apa daya bila merantau adalah pilihan terbaik untuk membangun masa depan, mau tak mau hal itu akan tetap dilakukan. Aku memutuskan untuk memilih Bogor sebagai tempat rantauanku yang tidak begitu jauh dengan Bekasi, tetapi bagiku tetap saja sedikit terasa berat dalam hati ini untuk berpisah dengan orang tua. Namun pernahkah kita berpikir saat di tanah rantauan kita tidak bisa menemani orang tua kita di saat – saat terakhirnya? Tiba – tiba terdengar kabar tidak menyenangkan yang asalnya dari rumah kita sendiri. Dan saat itu pula timbul rasa penyesalan yang tiada lagi berguna. Kita tak tahu umur kita sampai batas mana. Kita hanya asik saja dengan dunia rantauan kita yang begitu menantang, hingga lupa menghubungi atau kembali ke kampung halaman saat sedang libur. Ya, soal ini memang di luar kuasa kita.
                Mungkin kita memang butuh waktu lama untuk hidup mandiri tanpa orang tua, tetapi kita lupa bahwa sebenarnya orang tua sudah sangat rindu dengan kehadiran kita meski kadang diungkapkan. Mereka mengharapkan kabar dari kita, tapi seringkali kita lalai menghubungi mereka untuk sekedar menyapa. Satu hal yang penting, jangan sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk sekedar bercengkrama dengan orang tua. Banyak – banyaklah berdoa agar kita diberi kesempatan untuk berada di sisi orang tua kita di saat – saat terakhir hidup mereka. Persembahkanlah yang terbaik bagi mereka sebelum datang penyesalan yang teramat dalam.


*sekedar bahan renungan