Jujur,
ane bukan termasuk orang yang peduli amat soal pemerintahan dan perpolitikan di
Indonesia. Maklum, sudah terlanjur eneg dengan kebusukan – kebusukan yang
dibungkus rapih dengan kata – kata mainstream—ya contohnya kata – kata yang
kaya di slogan – slogan kampanye itu lho—. Tapi ane gak habis pikir, kok bisa
ya BBM di Indonesia naik sedangkan BBM di dunia turun harganya? Apa masalahnya?
Mana janji – janji Pak JKW yang katanya identik dengan kedekatan dengan rakyat?
Ini menjadi tanda tanya besar bagi rakyat Indonesia sendiri terutama bagi
rakyat wong cilik yang sudah sangat berharap dengan Pak JKW ini. Lalu apa kita
diam saja menghadapi situasi seperti ini? Tidak, kawan.
Lalu apa
yang harus kita perbuat? Demo, rusuh, menghancurkan istana presiden, serang
gedung DPR, atau apa? Ane nggak menyalahkkan rakyat yang anarkis karena marah
dengan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Ane juga nggak menganggap aksi –
aksi yang dilakukan mahasiswa baru – baru ini hanya usaha sia – sia. Ya kita
lihat saja bagaimana proses tergulingnya pemerintahan orde baru. Ya, dengan
aksi – aksi para mahasiswa seluruh nusantara untuk mengepung gedung – gedung milik
pemerintahan. Aksi yang anarkis? Betul. Karena jika bukan cara demikian,
mungkin saja sampai saat ini pemerintahan orde baru masih eksis melenggang
samapi saat ini. Tapi yasudahlah, ane menawarkan alternatif lain yang lebih
damai.
Ane itu
seorang pecinta dunia eksperimen yang berbau sains khususnya di bidang kimia
dan biologi—walaupun sampai saat ini belum juga menghasilkan satu buah karya
penelitian, hikss—. Terbesit dalam pikiran ane, mengapa mahasiswa – mahasiswa
ber-background sains tidak mencari alternatif yang lain saja untuk menggantikan
BBM yang sekiranya lebih ekonomis dan efisien dan dapat merealisasikannya
minimal skala kota? Ane sering surfing on internet dan ternyata banyak sekali
pelajar (siswa dan mahasiswa) yang sudah berhasil membuat inovasi untuk alternatif
BBM. Unik – unik, dimulai dari pemanfaatan urin (air kencing), pemanfaatan
biodiesel dari minyak jelantah, ide menerapkan mobil listrik, dan masih banyak
lagi. Kreatif – kreatif kan pelajar – pelajar Indonesia? Tetapi belum semua ide
itu terealisasikan apalagi sampai skala nasional. Lalu apa yang menjadi
masalah? Ane berasumsi bahwa pemerintah secara umum—walaupan ada juga yang
peduli seperti Pak Dahlan Iskhan—kurang memperhatikan ide – ide kreatif itu,
hanya sebatas mengapreasiasi dengan kata – kata dan mendukung hanya sekedarnya.
Ane pikir, jika pemerintah benar – benar peduli dengan masalah energi di
Indonesia terutama masalah bahan bakar minyak dan bersungguh – sungguh
merealisasikannya, bukan hal yang mustahil bagi Indonesia untuk menjadi negara
maju yang bahkan bisa sejajar dengan Jepang, wallaahu a’lam. Jadi, mungkin saja
ini salah satu alasan kebanyakan para pelajar Indonesia yang merantau ke luar
negeri memilih menetap di sana berkarya dan berkarier. Sudah gaji besar,
dihargai pula, enak bukan? Hehe...
Itu hanya
sedikit gambaran saja dari hipotesis (dugaan) ane. Coba mari kita fokus mencari
solusi. Ane pikir, mengapa para inovator tidak bekerja sama dengan pengusaha
Indonesia yang peduli dengan masalah energi terutama dalam hal BBM? Daripada kita
berharap – harap dan mengecam pemerintah, ane pikir paling tidak alternatif BBM
dapat terealisasi skala daerah atau sampai kota. Asalkan para saintis dan
pengusaha yang peduli dengan masalah rakyat—camkan, yang PEDULI. Karena ane
pikir jika pengusaha hanya sekedar untuk mencari keuntungan, ane rasa inovasi
tersebut tidak akan jalan—mau bekerja sama, ane yakin insya Allah ide – ide itu
bisa terealisasi. Paling tidak, kita dapat menolong diri kita dan masyarakat
sekitar dalam skala daerah. Siapa tahu, ternyata banyak pengusaha – pengusaha di
luar kota yang tertarik dengan inovasi kita dan akhirnya mau mengembangkan
usahanya lewat inovasi kita.
Cukup sekian
postingan dari ane. Senang rasanya bisa kembali menulis lagi. Kritik dan saran
sangat dibutuhkan, untuk menolong diri kita dan masyarakat lainnya yang kalang
kabut memikirkan mahalnya ongkos dan jajan sehari – hari, hehe.. J