Senin, 13 Juli 2015

Awal Perjalanan Liburan

Setelah lelah berjuang dengan sederetan ujian akademik selama bulan Ramadhan, semua itu terlewatkan. Yap, tinggal menunggu hasil akhirnya. Dan ane beruntung banget liburan kali ini diawali dengan ditraktir nonton oleh Desty sahabat ane di XXI nya Margocity, Depok. Keberuntungan ini semakin lengkap dengan adanya meet and great dengan para pemain filmnya dan penulis novelnya. Yap, Surga yang Tak Dirindukan karya mba Asma Nadia yang difilmkan dengan pemain utamanya Fedi Nuril, Laudya Chintya Bella, dan Raline Shah (mohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan nama *udah kaya nulis nama di undangan nikahan aja -_-). Kali ini ane ingin berbagi hikmah dan inspirasi dari film ini dari sudut pandang ane. :)


Surga yang Tak Dirindukan, film yang diangkat dari novel laris karya Asma Nadia yang menceritakan tentang sebuah keluarga yang harmonis (Prasetya dan Arini dengan anaknya Nadia) namun di pertengahan hubungan mereka sang suami menikahi wanita lain (Meirose) demi menyelamatkan nyawa wanita itu (berpoligami). Arini (diperankan oleh Bella) adalah seorang pecinta anak-anak dan sering menceritakan banyak dongeng dengan diselipkan ajaran agama dan kehidupan, dan Prasetya merupakan seorang arsitektur bersama kedua sahabatnya  . Rumah tangga yang dibangun Pras (panggilan untuk Prasetya) dan Arini begitu harmonis dan romantis (biasanya cewe-cewe bakal melting kalo liat keromantisan mereka, apalagi Pras diperankan oleh Fedi Nuril, hehe). Namun dipertengahan hubungan mereka, Pras menemui seorang wanita yang mengalami kecelakaan mobil lalu diselamatkan oleh Pras. Mengetahui bahwa wanita yang bernama Meirose (diperankan oleh Raline Shah) mengalami depsresi berat karena ditinggalkan oleh ayahnya, ibunya yang sering gonta-ganti pria yang pada akhirnya meninggal, lalu ditinggalkan sang kekasih yang sudah menghamilinya padahal sudah berjanji ingin menikahinya, ditambah lagi Meirose yang mencoba bunuh diri, akhirnya Pras menolong Meirose dan rela menanggung beban hidupnya dengan menikahinya tanpa sepengetahuan Arini. Pras tidak mau bayi dari Meirose mengalami nasib yang sama seperti yang dialami Pras di masa lalu.


Lama Pras menyembunyikan pernikahan itu, hingga akhirnya Arini mengetahuinya dengan sendirinya. Hubungan mereka semakin tegang, Arini tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada orang ketiga dalam hubungan mereka walaupun itu alasannya demi kebaikan. Pras sempat bimbang namun ia sadar betul akan konsekuensi dari apa yang dilakukannya. Namun pada akhirnya Arini menerima kenyataan itu dan mengikhlaskan hatinya untuk dimadu walaupun ada rasa sakit dari lubuk hatinya.


Apa yang dilakukan Pras merupakan sebuah kepahlawanan yang luar biasa, bukan sebuah "modus" yang sering dijadikan beberapa lelaki untuk memadu istrinya. Bagaimana tidak, Pras begitu sangat mencintai Arini dan ia sudah berjanji kepada ayah Arini untuk tidak menyakitinya. Namun ia tidak sanggup melihat ada wanita yang ditelantarkan dan hidup sebatang kara serta bayi yang terlahir tanpa ayah. Pras paham betul resiko dari apa yang dia putuskan untuk berpoligami, ia tidak bermaksud untuk menduakan istri tercintanya. Kenyataan ini memang akan sulit diterima bagi seorang wanita pada umumnya, namun disinilah Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai pilihan sulit dalam hidup kita. Bagi istri, memilih untuk egois meninggalkan suami tanpa memikirkan psikologis anak, atau mengikhlaskan hati untuk menerima keputusan sang suami demi kebaikan orang lain. Dan bagi suami, memilih untuk menikahi seorang wanita untuk menyelamatkannya dengan resiko menyakiti istri yang dicintainya atau membiarkan wanita tersebut hidup sendirian sehingga rumah tangga sang suami terselamatkan.


Ane tidak menyalahkan atau memihak kepada salah satu dari keduanya. Yang jelas, keputusan untuk berpoligami bukanlah hal mudah, sekalipun seorang pria merasa dirinya akan berbuat adil. Hati seorang wanita sangatlah sensitif, ia memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap orang yang dicintainya. Ia tidak mau ada orang lain yang ada di hati orang yang dicintainya sekalipun hal itu untuk kebaikan. Tapi ane salut dengan wanita yang rela dipoligami, ia memiliki kesabaran dan kebijaksanaan yang tinggi. Poligami memang dibolehkan dalam Islam, namun sebaiknya seorang lelaki mempertimbangkan masak-masak sebelum melakukannya.


At all, cerita dari novel ini cukup menyentuh, realistis dan tidak terkesan memaksa walaupun novel ini tidak sepenuhnya diangkat dari kisah nyata. Ane salut dengan karya mba Asma Nadia yang satu ini, hehe jadi semakin tertarik untuk menyelam karya-karya beliau yang lain. :3