Selasa, 18 November 2014

BBM Naik? So What Must We Do?

                Jujur, ane bukan termasuk orang yang peduli amat soal pemerintahan dan perpolitikan di Indonesia. Maklum, sudah terlanjur eneg dengan kebusukan – kebusukan yang dibungkus rapih dengan kata – kata mainstream—ya contohnya kata – kata yang kaya di slogan – slogan kampanye itu lho—. Tapi ane gak habis pikir, kok bisa ya BBM di Indonesia naik sedangkan BBM di dunia turun harganya? Apa masalahnya? Mana janji – janji Pak JKW yang katanya identik dengan kedekatan dengan rakyat? Ini menjadi tanda tanya besar bagi rakyat Indonesia sendiri terutama bagi rakyat wong cilik yang sudah sangat berharap dengan Pak JKW ini. Lalu apa kita diam saja menghadapi situasi seperti ini? Tidak, kawan.
                Lalu apa yang harus kita perbuat? Demo, rusuh, menghancurkan istana presiden, serang gedung DPR, atau apa? Ane nggak menyalahkkan rakyat yang anarkis karena marah dengan pemerintah yang menaikkan harga BBM. Ane juga nggak menganggap aksi – aksi yang dilakukan mahasiswa baru – baru ini hanya usaha sia – sia. Ya kita lihat saja bagaimana proses tergulingnya pemerintahan orde baru. Ya, dengan aksi – aksi para mahasiswa seluruh nusantara untuk mengepung gedung – gedung milik pemerintahan. Aksi yang anarkis? Betul. Karena jika bukan cara demikian, mungkin saja sampai saat ini pemerintahan orde baru masih eksis melenggang samapi saat ini. Tapi yasudahlah, ane menawarkan alternatif lain yang lebih damai.
                Ane itu seorang pecinta dunia eksperimen yang berbau sains khususnya di bidang kimia dan biologi—walaupun sampai saat ini belum juga menghasilkan satu buah karya penelitian, hikss—. Terbesit dalam pikiran ane, mengapa mahasiswa – mahasiswa ber-background sains tidak mencari alternatif yang lain saja untuk menggantikan BBM yang sekiranya lebih ekonomis dan efisien dan dapat merealisasikannya minimal skala kota? Ane sering surfing on internet dan ternyata banyak sekali pelajar (siswa dan mahasiswa) yang sudah berhasil membuat inovasi untuk alternatif BBM. Unik – unik, dimulai dari pemanfaatan urin (air kencing), pemanfaatan biodiesel dari minyak jelantah, ide menerapkan mobil listrik, dan masih banyak lagi. Kreatif – kreatif kan pelajar – pelajar Indonesia? Tetapi belum semua ide itu terealisasikan apalagi sampai skala nasional. Lalu apa yang menjadi masalah? Ane berasumsi bahwa pemerintah secara umum—walaupan ada juga yang peduli seperti Pak Dahlan Iskhan—kurang memperhatikan ide – ide kreatif itu, hanya sebatas mengapreasiasi dengan kata – kata dan mendukung hanya sekedarnya. Ane pikir, jika pemerintah benar – benar peduli dengan masalah energi di Indonesia terutama masalah bahan bakar minyak dan bersungguh – sungguh merealisasikannya, bukan hal yang mustahil bagi Indonesia untuk menjadi negara maju yang bahkan bisa sejajar dengan Jepang, wallaahu a’lam. Jadi, mungkin saja ini salah satu alasan kebanyakan para pelajar Indonesia yang merantau ke luar negeri memilih menetap di sana berkarya dan berkarier. Sudah gaji besar, dihargai pula, enak bukan? Hehe...
                Itu hanya sedikit gambaran saja dari hipotesis (dugaan) ane. Coba mari kita fokus mencari solusi. Ane pikir, mengapa para inovator tidak bekerja sama dengan pengusaha Indonesia yang peduli dengan masalah energi terutama dalam hal BBM? Daripada kita berharap – harap dan mengecam pemerintah, ane pikir paling tidak alternatif BBM dapat terealisasi skala daerah atau sampai kota. Asalkan para saintis dan pengusaha yang peduli dengan masalah rakyat—camkan, yang PEDULI. Karena ane pikir jika pengusaha hanya sekedar untuk mencari keuntungan, ane rasa inovasi tersebut tidak akan jalan—mau bekerja sama, ane yakin insya Allah ide – ide itu bisa terealisasi. Paling tidak, kita dapat menolong diri kita dan masyarakat sekitar dalam skala daerah. Siapa tahu, ternyata banyak pengusaha – pengusaha di luar kota yang tertarik dengan inovasi kita dan akhirnya mau mengembangkan usahanya lewat inovasi kita.

                Cukup sekian postingan dari ane. Senang rasanya bisa kembali menulis lagi. Kritik dan saran sangat dibutuhkan, untuk menolong diri kita dan masyarakat lainnya yang kalang kabut memikirkan mahalnya ongkos dan jajan sehari – hari, hehe.. J

Jumat, 19 September 2014

Aku Pergi Sebentar kok, Ma, Pa.

                Mungkin merantau adalah pilihan yang berat bagi beberapa orang. Namun apa daya bila merantau adalah pilihan terbaik untuk membangun masa depan, mau tak mau hal itu akan tetap dilakukan. Aku memutuskan untuk memilih Bogor sebagai tempat rantauanku yang tidak begitu jauh dengan Bekasi, tetapi bagiku tetap saja sedikit terasa berat dalam hati ini untuk berpisah dengan orang tua. Namun pernahkah kita berpikir saat di tanah rantauan kita tidak bisa menemani orang tua kita di saat – saat terakhirnya? Tiba – tiba terdengar kabar tidak menyenangkan yang asalnya dari rumah kita sendiri. Dan saat itu pula timbul rasa penyesalan yang tiada lagi berguna. Kita tak tahu umur kita sampai batas mana. Kita hanya asik saja dengan dunia rantauan kita yang begitu menantang, hingga lupa menghubungi atau kembali ke kampung halaman saat sedang libur. Ya, soal ini memang di luar kuasa kita.
                Mungkin kita memang butuh waktu lama untuk hidup mandiri tanpa orang tua, tetapi kita lupa bahwa sebenarnya orang tua sudah sangat rindu dengan kehadiran kita meski kadang diungkapkan. Mereka mengharapkan kabar dari kita, tapi seringkali kita lalai menghubungi mereka untuk sekedar menyapa. Satu hal yang penting, jangan sia-siakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk sekedar bercengkrama dengan orang tua. Banyak – banyaklah berdoa agar kita diberi kesempatan untuk berada di sisi orang tua kita di saat – saat terakhir hidup mereka. Persembahkanlah yang terbaik bagi mereka sebelum datang penyesalan yang teramat dalam.


*sekedar bahan renungan

Senin, 18 Agustus 2014

Sekolah? Masih Berguna Nggak sih?

                Ane sering mengamati anak – anak sekolahan di perkotaan—lebih tepatnya Bekasi, karena ane tinggal dan  dulu sekolah di kota metropolitan itu—bagaimana pergaulan mereka, bagaimana dedikasi mereka atas ilmu yang sudah mereka peroleh dari bangku sekolah setelah lulus, bagaimana style mereka di jalanan, dan sebagai-bagainya. Lalu apa hasil pengamatan ane? Jauh dari kata “baik”. Mayoritas dari mereka memiliki akhlak yang kurang baik terhadap guru, orang tua, dan sesama mereka sekalipun. Tak perlu disebutkan seperti apa ketidaksopanannya, agan dan sista semua bisa lihat replika alias contohnya di sinetron – sinetron remaja yang sekarang – sekarang ini sedang tayang. Bisa jadi mereka meniru gaya – gaya yang ada di sinetron – sinetron itu, xixixi~. :3
                Lalu selanjutnya yang nggak kalah penting yaitu bagaimana hasil dari belajar mereka selama di sekolah. Kalau ane perhatikan para alumnus, sepertinya banyak dari mereka yang lupa dengan pelajaran – pelajaran sekolah—termasuk ane juga sih u.u—bahkan mengerti saja tidak. Lalu bagaimana mereka mengimplementasikan ilmu yang didapat di sekolah sedangkan mengerti aja nggak? Itu bukan salah mereka sepenuhnya. Minat dan motivasi serta kualitas guru juga menjadi salah satu faktor utama. Jika para siswanya saja tidak tahu untuk apa belajar ipa, untuk apa belajar limit dan integral—yang katanya banyak anak – anak SMA IPA termasuk ane—sering bikin pusing tujuh keliling, bagaimana ia bisa menumbuhkan minatnya sehingga semangat belajarnya meningkat? Peran guru juga berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan motivasi para siswanya, sehingga nggak cuma intelektualitas guru aja yang perlu diperhatikan tetapi juga bagaimana ia bersikap dan berkomunikasi dengan para siswa.
                Ane pernah bertanya kepada seorang ibu rumah tangga yang konon beliau alumni di suatu perguruan tinggi negeri mengapa sekolah –sekolah di luar negeri—maksudnya Negara-negara maju—siswa –siswanya mayoritas lebih berprestasi daripada siswa – siswa di Indonesia yang relatif jam sekolahnya jauh lebih lama. Beliau berpendapat bahwa karena sekolah – sekolah di luar negeri hanya memfokuskan pada bidang – bidang tertentu seperti music saja, sehingga menyesuaikan minat para siswanya dan tidak terlalu membebankan mereka dalam belajar.
                Kalau ditanya sistem pendidikan mana yang ideal? Ane jawab ya sistem pendidikan Islam pada masa kekhalifahan, hehe. Jangan salah sangka dulu, selain karena ane memang seorang muslim, memang terbukti pada  masa itu telah melahirkan ilmuwan – ilmuwan hebat yang mampu mencipatakan banyak inovasi dan penemuan yang bahkan jadi rujukan di seluruh dunia sampai saat ini. Contohnya ilmuwan matematika pada masa kekhilafahan Al-Abbasiyah yaitu Al-Khawarizmi.   Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab, penyusun tabel astronomi, dan penemu Aljabar pada masa Khalifah Al-Makmun. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan muslim yang dikenal dengan julukan “Raja diraja Dokter” dan “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit. Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan sebagai filosof. Karya-karya Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di berbagai perguruan tinggi di Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun fi At-Tibb dan Asy-Syifa. Dan masih sederet ilmuwan lainnya yang menyumbang inovasi –inovasi besar bagi peradaban dunia pada masa kejayaan Islam. Kalau ditanya lagi seperti apa sistem pendidikan Islam yang ideal seperti apa? Hmmm, ini akan jadi PR bagi ane dan ente – ente semua bagi yang masih penasaran dan prihatin akan pendidikan di Indonesia. Yang jelas, dalam pendidikan, yang perlu ditekankan terlebih dahulu ialah pendidikan agama yang intensif baru merambah ke bidang ilmu lainnya. Sayangnya pada era masa – masa ane sekolah, sepertinya pelajaran agama hanya sebatas itu – itu aja yang dibahas, kurang adanya perkembangan dan dibahas hanya secara garis besar saja. Yang lebih memprihatinkan lagi, belajar agama hanya satu kali dalam satu pekan. Entah bagaimana dengan kurikulum 2013 yang baru ini, apakah ada perubahan? J

                Akhir kata, buat adik – adik yang masih berada di bangku sekolah, tolong manfaatkan sebaik mungkin ilmu yang adik –adik peroleh di bangku sekolah. Jangan seperti kakakmu ini yang menyesal karena tidak semua pelajaran di sekolah ane paham betul dan akhirnya tidak tahu bagaimana mengimplementasikannya. Jikalau adik – adik tidak benar – benar serius menjalani sekolah, coba pikir ulang lagi mengenai niat kalian untuk sekolah, pikirkan bagaimana susahnya orang tua mencari nafkah untuk adik – adik bisa sekolah lalu adik – adik sia –siakan kesempatan meraih ilmu begitu aja. Pikirkan, dik. J

Jumat, 15 Agustus 2014

Rasanya Jadi Mahasiswa itu….

Tidak terasa, sudah satu tahun lamanya aku menempuh hidupku sebagai seorang mahasiswa. Kupikir kehidupan sebagai seorang mahasiswa itu menyeramkan. Dosen yang kurang ramah, tugas yang bertumpukan, pergaulan yang lebih bebas, dan sederet pikiran negatif lainnya. Memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Lalu mana yang benar? Hehe jangan diambil pusing. ^^ oke, kalin ini aku ingin sedikit berbagi cerita mengenai pengalamanku selama satu tahun itu.
                Kurang lebih pada tanggal 15 Agustus 2013, aku mengikhlaskan diri untuk menerima tawaran sebagai mahasiswa Akademi Kimia Analisis Bogor. Dan dari situlah sederet perjuanganku dimulai. Pada awalnya aku memang agak kaget dengan sederetan aktivitas yang menghujam. Bingung? Sudah jelas. Mengapa bingung? Karena aku keteteran untuk mengejar tiap target – target. Sebagai seorang mahasiswa bertitel sains, sudah barang tentu aku menjalani sederetan praktikum di laboratorium beserta pengerjaan laporannya. Ditambah lagi kampusku adalah akademi, sudah jelas para asdos*nya akan mendidik kami dengan kedisiplinan. Disamping laporan praktikum yang harus diselesaikan, sederetan tugas kelompok dan individu yang harus selesai juga tepat waktu, aku juga meluangkan waktuku untuk ikut organisasi dan kepanitiaan di kampus. Lelah? Sudah tentu. Bahkan aku sempat menangis karena merasa tidak sanggup menjalani semua aktivitas itu. Namun kesibukan itu ternyata memberi banyak pelajaran berharga bagiku. Melaluinya, aku bisa berpikir sedikit –pake banget—lebih dewasa. Aku juga bisa bertemu teman – teman yang hebat dan menginspirasiku sengaja ataupun tidak sengaja. Aku menjadi lebih mengerti bagaimana memenej waktu dengan baik, memahami perbedaan tiap karakter seseorang, merasa lebih banyak mendekatkan diri kepada Allaah, daaan sebagai bagainya.
                Masalah pergaulan, alhamdulillaah aku tidak perlu khawatir soal itu. Selama kita menjaga diri dalam poros kebaikan, insya Allaah kita akan terhindar dari pergaulan bebas. Bila kau mencari teman yang baik, carilah mereka di tempat yang baik. Bila kau sering berada di tempat yang buruk, maka kau akan sering berkawan dengan orang – orang yang tidak baik. Persis seperti yang dipepatahkan Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam. Bila kau dekat – dekat dengan tukang parfum, maka bajumu akan bau parfur. Bila kau dekat – dekat dengan tukang  besi, maka bajumu akan bau besi.
                Namun sederetan aktivitas yang dijalani harus didasari dengan apa yang ingin dicapai di masa depan. Bila kita sibuk gak karuan hingga mengabaikan tujuan utama kita yaitu akademik –seperti yang diamanahkan oleh orang tua—dan hasilnya nihil, itu sama saja akan membuang banyak waktu kita dan menyisakan penyesalan di akhir nanti. Kita perlu memikirkan tiap resiko dari apa yang kita putuskan untuk mengurangi rasa penyesalan di akhir cerita.
                Pada intinya, saat aku menjadi seorang mahasiswa, aku merasa lebih bebas mengeksplor diri ke dalam hal – hal yang menyangkut cita – citaku. Biasanya, jati diri seorang anak muda akan semakin terlihat ketika ia memasuki masa – masa kuliah, dimana ia lebih bebas menentukan pilihan hidupnya dan cara menyikapi setiap tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu, sebelum menempuh usia remaja, orang tua harus mempersiapakan baginya ilmu agama yang kuat agar anak tidak salah langkah dalam mengambil langkah untuk hidupnya.

                Dan di akhir kata aku ucapkan, selamat menempuh gerbang perkuliahan, nikmati masa – masamu sebagai seorang mahasiswa. Menjadi seorang mahasiswa bukan soal belajar belajar  dan belajar, tetapi juga soal pengabdian ke masyarakat. Karena saat ini masyarakat memang sangat membutuhkan uluran tangan para mahasiswa yang memiliki kesempatan lebih untuk mengenyam ilmu.

*asdos: asisten dosen

Minggu, 13 Juli 2014

Jangan Katakan "Karena cinta"!

               Prihatin, loh. Banyak orang rela bertindak "gila" dengan alasan cinta dan sayang, tapi sebenarnya dia sedang menghancurkan masa depannya dengan cara yang tidak tepat. Yap, kali ini ane bicara soal cinta dua insan berbeda dari jenis kelaminnya.
                Oke, mari kita flashback lagi ke beberapa kasus yang sering terjadi. Bunuh mantan pacar, pemerkosaan, aniaya pacar, perselingkuhan, hamil di luar nikah, dan segudang masalah lainnya. Coba kita bayangkan, apakah masalah - masalah tersebut sering terjadi bahkan sangat amat sering terjadi khususnya di Indonesia? Bagaimana perasaan kita saat melihat kasus tersebut sering diberitakan di TV? Shock, kaget, sedih, prihatin, atau hanya biasa - biasa aja? Kalau biasa - biasa aja, apa yang ada di benak saudara - saudara? Kalau boleh ane tebak mungkin aja dalam hati saudara – saudara ada yang berbisik begini, "ah, udah sering terjadi.", "ya mau bagaimana lagi, keadaannya memang begitu.", atau "namanya juga udah cinta, jadi gila deh.". Pernahkah kamu berpikir mengapa ini sering terjadi? Apa akar penyebabnya? Yuk mari ane ajak untuk berpikir lebih dalam.
                Coba kamu bayangkan, ketika kamu cinta dengan seseorang lalu kamu berpacaran dengannya selama bertahun - tahun (misalkan 10 tahun). Lalu di tengah jalan hubunganmu harus berakhir secara paksa dan orang yang sangat amat kamu cintai itu pergi besama yang lain. Mungkin nggak kamu bisa move on dalam waktu yang cepat? Kalau ane tebak, pasti tidak. Kalaupun ada, itu hanya segelintir orang yang berhasil. Lalu apa yang mungkin bisa dilakukan kalau keadaannya sudah begitu?
                Dampak lain dari berpacaran terlalu lama namun kandas di tengah jalan, yaitu gagal move on sampai ke pernikahan dengan pasangan yang lain. Biasanya, terlalu sering bersama – sama dengan seseorang hingga membentuk momen – momen yang indah dan berkesan akan menyisakan bekas yang mendalam dalam memori dan hatinya. Meskipun sudah lama berpisah dan bertemu dengan pasangan yang lain, ia akan tetap terkenang – kenang masa – masa indah itu terutama saat bertemu mantan pacar—eaa--. Makanya, tidak heran jika pasangan kita coba – coba curi pandang atau sejenisnya dengan mantan pacarnya dahulu, hehehe.
                Di lain kasus, biasanya pacaran itu rawan selingkuh. Kok bisa? Bisa dong, karena pacaran adalah ikatan cinta tanpa peresmian. Artinya, jika ada dua insan yang sama-sama suka, biasanya mereka akan menjalin ikatan cinta tanpa ingin diresmikan—baca: nikah. Ini juga salah satu bentuk ketidak seriusan seseorang dalam menjalin cinta dengan pasangannya, karena pernikahan adalah salah satu bentuk keseriusan seseorang dengan pasangannya. Tanpa adanya pernikahan, seseorang yang berpacaran pun akan menganggap remeh dengan urusan hubungannya. Bila ia sudah bosan dengan pasangannya, ia bisa saja mencari pasangan lain dan memutuskan hubungan dengan pacaranya secara sepihak. Kalau sudah begitu, kepada siapa kita bisa menuntut? Tidak ada. Akibatnya, terjadilah macam – macam peristiwa negatif, salah satu yang ekstrim ialah pembunuhan mantan pacar. Hal itu pun akan tipis kemungkinannya bilamana hubungan cinta dijalin dalam bentuk pernikahan, karena dalam pernikahan tidak hanya melulu soal cinta tetapi juga soal tanggung jawab.
                Pacaran juga merupakan gerbang dari segala bentuk perzinahan. Kamu tahu kan peristiwa hamil di luar nikah? Mengapa bisa demikian? Ane pernah membaca kisah seseorang perempuan dari sebuah buku tentang seseorang yang menyesali hubungannya dengan pacarnya dahulu. Konon, saat ia masih dengan pacarnya, ia pernah melakukan hubungan di luar nikah. Pada awalnya perempuan itu menolak untuk melakukan hal tersebut, namun pacarnya selalu membujuknya. Dan tahukah kamu kira – kira apa yang dikatakan sang pacar? Ia berkata bahwa tindakan tersebut sebagai bukti cintanya kepada sang pacar. Apabila ia menolak untuk melakukannya, berarti ia tidak serius dengan hubungan cintanya. Bahkan sang pacar pun berjanji untuk bertanggung jawab bila ada sesuatu hal terjadi pada perempuan itu. Namun karena godaan setan yang membuatnya khilaf, tanpa sadar sang perempuan mengiyakan permintaan kekasihnya. Sudah lebih dari sekali sang kekasih meminta kehormatan sang perempuan itu, dan ia terima. Namun pada suatu saat ia menolak, sang kekasih marah dan akhirnya laki-laki tersebut meninggalkan perempuan itu dan pergi menjauhinya sejauh – jauhnya. Apakah disini penyesalan akan mengembalikan keadaan seperti normal? Tidak.
                Saudara-saudaraku –khususnya kaum hawa—yang ane sayangi, masihkah kamu menganggap hubungan berpacaran hal yang lumrah? Ataukah kamu masih punya alasan lain untuk mempertahankan pacaran sebagai hubungan yang baik? Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya Yang telah melarang umat Islam untuk mendekati zina dan memberi batasan-batasan bergaul antara laki-laki dan perempuan, karena pada hakikatnya hal tersebut ditetapkan agar tidak ada lagi kedzaliman dalam hubungan sosial antar sesama manusia, wallahu a’lam. Semoga dengan artikel singkat ini dapat membuka lebar mata para pembaca tentang bahayanya berpacaran. Kritik dan saran ane tunggu di kolom "komentar".


Sabtu, 31 Mei 2014

Urgensi Mentoring

Banyak yang bertanya - tanya terutama dari kalangan teman - teman ane sesama mahasiswa tentang mentoring, "apa sih gunanya mentoring? Ngapain kita harus mentoring?". Ya, mungkin bukan mereka saja tetapi ane sendiri pun bertanya - tanya demikian.
Ane sendiri belum sepenuhnya merasakan manfaat mentoring karena pelaksanaannya pun hampir seminggu sekali bahkan bisa kurang. Tetapi masih teringat oleh ane saat dulu semester awal pelaksanaan mentoring masih rutin dilakukan seminggu sekali, dan manfaatnya pun sangat terasa.
Sebelum lebih dalam mengupas tentang mentoring, ane kenalkan dulu definisinya nih berdasarkan batas akal ane, hehe. Mentoring itu sebuah kelompok kecil yang terdiri dari pembina atau pementor, yang kalau bahasa Arabnya murobbi, dan binaan atau menti, dimana mereka saling bertukar pikiran atau sharing mengenai suatu disiplin ilmu agar para menti dapat menguasainya secara mandiri.
Secara teori--mungkin lebih ke menurut pedapat beberapa orang yang berpengalaman soal mentoring--, mentoring itu sangat penting untuk membangun dan melatih sebuah keahlian atau disiplin ilmu. Nggak cuma itu aja, dalam mentoring juga kita bisa memahami berbagai karakter melalui diskusi dan bagaimana cara menghadapinya. Dalam mentoring juga seorang pementor ditantang untuk menghadapi para menti dengan berbagai karakter dan watak yang berbeda, namun ia harus tetap menjaga keutuhan kelompok mentoringnya dan dapat melatih serta membimbing mereka hingga mereka mandiri. Mentoring pun harus dilakukan secara sistematis, teratur dan rutin serta tidak membosankan. Artinya harus banyak melakukan variasi agar para menti tidak cepat jenuh--ini yang sebenarnya menjadi tantangan yang lumayan berat bagi ane karena ane orangnya cenderung monoton, hohoo--.
Orang - orang yang membentuk kelompok diskusi dalam skala kecil seperti mentoring biasanya akan lahir menjadi orang yang sukses. Kenapa? Berikut ane ulas sedikit mengenai manfaat mentoring terutama berdasarkan pengalaman dan pemikiran ane yang masih sempit.
1) Mentoring dapat membangun sebuah keluarga baru
Ya, bisa jadi. Apabila seorang pementor mampu menjadi "orang tua" bagi adik-adik mentinya, maka momen - momen berkumpul dengan kelompok mentoring akan selalu dinanti-nantikan oleh mereka. Sebuah perkumpulan atau jama'ah dapat juga disebut sebagai keluarga apabila orang-orang dalam perkumpulan tersebut dapat mencurahkan isi hatinya dan saling bertukar pikiran dan perasaan. Begitu juga dengan kelompok mentoring, ia tidak hanya sebagai tempat untuk mengasah suatu disiplin ilmu tetapi juga untuk membangun sebuah keluarga, dimana para mentinya dapat mencurahkan isi hatinya kepada pementor dan teman - teman kelompoknya sehingga mereka pun dapat saling tolong - menolong dan menghibur satu sama lain.  Ah, ini mungkin yang dimaksud oleh Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang ukhuwah Islamiyah. Indah sekali, bukan? ^_^
2) Tempat untuk melatih suatu disiplin ilmu dan keahlian
Sudah jelas, suatu disiplin ilmu atau keahlian bila dibahas dan dipelajari bersama – sama dalam lingkup kecil maka sang pementor akan lebih mudah memantau adik – adik mentinya apakah mereka sudah menguasai atau tidak, ada yang bermasalah, dan sebagainya. Mentoring yang menjadikan Islam sebagai disiplin ilmu yang dipilih untuk didiskusikan mempunyai keunggulan yang tinggi daripada lainnya. Hal itu dikarenakan agama Islam merupakan agama yang syamil (lengkap), sehingga tak hanya soal ibadah yang dibahas melainkan disiplin ilmu lainnya juga dibahas dari segi kaca mata Islam.
3) Sebagai alarm khususnya buat pementor
Allaah berfirman dalam Surat As-Shaff ayat 2 dan 3 bahwasanya Allaah membenci orang – orang beriman yang mengatakan sesuatu yang tidak pernah diperbuatnya. Jika kita benar – benar mencintai Allaah dan takut bila kita dibenci oleh-Nya sudah seharusnya seorang pementor melaksanakan apa – apa yang disampaikan kepada mentinya. Mungkin banyak dari kita takut bila ditawarkan menjadi seorang pementor karena khawatir tidak dapat istiqomah sehingga tidak melaksanakan apa – apa yang disampaikan kepada mentinya. Tetapi satu hal yang perlu diingat, yaitu pahala orang yang berbagi kebaikan. Ya, Rasulullaah pernah bersabda bahwasanya barang siapa yang berbagi satu kebaikan maka Allaah akan membalasnya dengan sepuluh kebaikan! Berarti ada berapa kali lipatkah pahala kita bila kita menjadi seorang pementor?
4) Menciptakan generasi yang berkualitas
Buah yang baik tumbuh dari pohon yang baik. Ya, mungkin perumpaan ini cocok untuk mentoring. Dalam kegiatan dakwah, mentoring adalah salah satu media pengkaderisasian yang efektif. Kita coba lirik lagi manfaat dari mentoring pada poin dua dan tiga. Apabila mentoring benar – benar dilaksanakan dan pementornya adalah pementor yang berkualitas (sesuai standar), maka tak dapat dipungkiri bahwa akan lahir menti – menti yang berkualitas pula. Banyak tokoh nasional, agama, bahkan tokoh dunia yang dahulunya—mungkin sampai akhir hayatnya—mempunyai kelompok mentoring. Kita sebut saja presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno, beliau juga punya kelompok mentoring bersama dengan beberapa tokoh nasional lainnya—ane lupa siapa aja, hehe--. Berikut adalah kutipan dari sebuah blog yang menceritakan siapa saja tokoh yang sudah mengenyam rasanya mentoring.
"Jesse Jackson, senator negro pertama AS, yang Yahudi. Salah satu binaannya adalah Lewis “ Scooter” Libby ( Staf DEPLU AS), dan salah satu binaan dari mentoringnya Yahudi dari Libby ini, sekarang menjabat sebagai Presiden Bank Dunia, Paul Wolfowitz ( Pasti tahu dia kan ?)
Badiuzzaman Said Nursi, pemimpin Harokah Islamiyah dari Turki, penentang sekulerisme Kemal Pasha, dengan jamaahnya, Jamaah Nur, dan risalahnya, Risalah Nuriyah, punya kader yang masih dalam mentoringnya langsung, yaitu Dr. Necmetting Erbakan, dengan Partai Refah-nya, mantan PM Turki yang akhirnya terjungkal oleh militer, digantikan oleh Tanshu Ciller, dan hingga akhir hayatnya, dilarang terjun ke politik. Namun, Erbakan ini punya 11 binaan yang dipersiapkan untuk terjun ke politik praktis, dan 2 diantaranya adalah Abdullah Gul ( Presiden Turki sekarang) dan Recep Thayyip Erdogan ( PM Turki sekarang), yang mendapatkan amanah kepemimpinan dengan partai baru, Partai Keadilan dan Persatuan.
Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Abdul Latief, dan Fadel Muhammad, adalah kader Golkar, yang sengaja dibentuk semenjak masih di bangku kuliah ITB untuk mengendalikan sektor riil Indonesia, dengan suatu saat nanti mengendalikan asosiasi dagangnya, yaitu KADIN. Mereka terkenal dengan sebutan “Grup Gelapnyawang”, murobinya, pasti semua kenal, Ginanjar Kartasasmita, Ketua DPD RI sekarang.
Tahu teman satu mentoring-nya Einstein ? Ya, Schrodinger! Dan tahu nama komunitas diskusinya ? Ya, The Royal Society, yang sudah ada semenjak Sir Isaac Newton hingga Stephen Hawking sekarang.
Tahu Dawam Rahardjo ? Semenjak mudanya, dia punya halaqoh sendiri, dengan teman- temannya yaitu Ahmad Wahib ( Alm) dan Mukti Ali. Ketiganya, gencar hingga sekarang mengkampanyekan “pembaharuan Islam”"


Sebenarnya masih banyak manfaat – manfaat mentoring sehingga mentoring begitu penting untuk dilaksanakan. Yang jelas, buat ane mentoring itu asik. Pandai – pandailah memanfaatkan mentoring, dan bagi yang belum mentoring segeralah membentuk kelompok mentoring kalo mau jadi “tokoh”. ^^

Minggu, 23 Maret 2014

Media emas yang sekian lama tak kutorehkan mantra-mantra…


Pada hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, kutuliskan posting pertamaku di blog ini, itu juga bukan karena murni keinginanku sendiri, melainkan karena faktor dari luar. Ya, tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, hehe..

Saat pembuatan blog ini beberapa tahun silam, jujur aku bingung apa yang harus/ingin kutulis. Aku bukan orang yang suka berkisah tentang cerita hidupku di dunia maya, aku juga bukan seorang ahli puisi atau penyair yang pintar bermain kata-kata sehingga menggetarkan hati, akupun juga terlalu minder  untuk mengungkapkan ide-ide brilianku yang sudah lama menjadi sampah pikiranku. Hingga pada suatu ketika keinginan menulis di dunia maya pun semakin mencuat, saat aku membaca blog seseorang mengenai pengabdian seorang mahasiswa untuk masyarakat. Dari sekian bentuk pengabdian, menulis adalah yang paling menarik bagiku. ^_^

Terlalu banyak sebenarnya yang ingin aku sampaikan kepada khalayak publik, hingga pada akhirnya ide-ide tema tulisan pun mengalir deras dalam benakku, saat aku bengon, saat berkendara seorang diri, saat ber-shower di kamar mandi, ada saja ide menulis, tetapi lagi-lagi kepengecutan merenggut kepercayaan diriku.

Dan dengan posting pertamaku ini, sekaligus mendeklarasikan keberanianku untuk menulis dan mengungkapkan banyak ide dan pencerahan yang –semoga- bisa bermanfaat bagi para pembaca paling tidak mempengaruhi pola pikir pembacanya, wallaahu a’lam.
Salam menulis, Euis Khodijah..