Ane sering
mengamati anak – anak sekolahan di perkotaan—lebih tepatnya Bekasi, karena ane
tinggal dan dulu sekolah di kota
metropolitan itu—bagaimana pergaulan mereka, bagaimana dedikasi mereka atas
ilmu yang sudah mereka peroleh dari bangku sekolah setelah lulus, bagaimana
style mereka di jalanan, dan sebagai-bagainya. Lalu apa hasil pengamatan ane? Jauh
dari kata “baik”. Mayoritas dari mereka memiliki akhlak yang kurang baik
terhadap guru, orang tua, dan sesama mereka sekalipun. Tak perlu disebutkan
seperti apa ketidaksopanannya, agan dan sista semua bisa lihat replika alias
contohnya di sinetron – sinetron remaja yang sekarang – sekarang ini sedang
tayang. Bisa jadi mereka meniru gaya – gaya yang ada di sinetron – sinetron itu,
xixixi~. :3
Lalu
selanjutnya yang nggak kalah penting yaitu bagaimana hasil dari belajar mereka
selama di sekolah. Kalau ane perhatikan para alumnus, sepertinya banyak dari
mereka yang lupa dengan pelajaran – pelajaran sekolah—termasuk ane juga sih u.u—bahkan
mengerti saja tidak. Lalu bagaimana mereka mengimplementasikan ilmu yang
didapat di sekolah sedangkan mengerti aja nggak? Itu bukan salah mereka
sepenuhnya. Minat dan motivasi serta kualitas guru juga menjadi salah satu faktor
utama. Jika para siswanya saja tidak tahu untuk apa belajar ipa, untuk apa
belajar limit dan integral—yang katanya banyak anak – anak SMA IPA termasuk ane—sering
bikin pusing tujuh keliling, bagaimana ia bisa menumbuhkan minatnya sehingga
semangat belajarnya meningkat? Peran guru juga berpengaruh dalam menumbuhkan
minat dan motivasi para siswanya, sehingga nggak cuma intelektualitas guru aja yang
perlu diperhatikan tetapi juga bagaimana ia bersikap dan berkomunikasi dengan
para siswa.
Ane pernah
bertanya kepada seorang ibu rumah tangga yang konon beliau alumni di suatu perguruan
tinggi negeri mengapa sekolah –sekolah di luar negeri—maksudnya Negara-negara
maju—siswa –siswanya mayoritas lebih berprestasi daripada siswa – siswa di
Indonesia yang relatif jam sekolahnya jauh lebih lama. Beliau berpendapat bahwa
karena sekolah – sekolah di luar negeri hanya memfokuskan pada bidang – bidang tertentu
seperti music saja, sehingga menyesuaikan minat para siswanya dan tidak terlalu
membebankan mereka dalam belajar.
Kalau ditanya
sistem pendidikan mana yang ideal? Ane jawab ya sistem pendidikan Islam pada
masa kekhalifahan, hehe. Jangan salah sangka dulu, selain karena ane memang
seorang muslim, memang terbukti pada masa itu telah melahirkan ilmuwan – ilmuwan hebat
yang mampu mencipatakan banyak inovasi dan penemuan yang bahkan jadi rujukan di
seluruh dunia sampai saat ini. Contohnya ilmuwan matematika pada masa
kekhilafahan Al-Abbasiyah yaitu Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah tokoh
utama dalam kajian matematika Arab, penyusun tabel astronomi, dan penemu
Aljabar pada masa Khalifah Al-Makmun. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan
muslim yang dikenal dengan julukan “Raja diraja Dokter” dan “Raja Obat” serta
dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit.
Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan
sebagai filosof. Karya-karya Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di
berbagai perguruan tinggi di Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun fi
At-Tibb dan
Asy-Syifa. Dan masih sederet ilmuwan lainnya yang
menyumbang inovasi –inovasi besar bagi peradaban dunia pada masa kejayaan Islam.
Kalau ditanya lagi seperti apa sistem pendidikan Islam yang ideal seperti apa? Hmmm,
ini akan jadi PR bagi ane dan ente – ente semua bagi yang masih penasaran dan
prihatin akan pendidikan di Indonesia. Yang jelas, dalam pendidikan, yang perlu
ditekankan terlebih dahulu ialah pendidikan agama yang intensif baru merambah
ke bidang ilmu lainnya. Sayangnya pada era masa – masa ane sekolah, sepertinya
pelajaran agama hanya sebatas itu – itu aja yang dibahas, kurang adanya
perkembangan dan dibahas hanya secara garis besar saja. Yang lebih
memprihatinkan lagi, belajar agama hanya satu kali dalam satu pekan. Entah bagaimana
dengan kurikulum 2013 yang baru ini, apakah ada perubahan? J
Akhir
kata, buat adik – adik yang masih berada di bangku sekolah, tolong manfaatkan
sebaik mungkin ilmu yang adik –adik peroleh di bangku sekolah. Jangan seperti
kakakmu ini yang menyesal karena tidak semua pelajaran di sekolah ane paham
betul dan akhirnya tidak tahu bagaimana mengimplementasikannya. Jikalau adik –
adik tidak benar – benar serius menjalani sekolah, coba pikir ulang lagi
mengenai niat kalian untuk sekolah, pikirkan bagaimana susahnya orang tua
mencari nafkah untuk adik – adik bisa sekolah lalu adik – adik sia –siakan kesempatan
meraih ilmu begitu aja. Pikirkan, dik. J