Senin, 18 Agustus 2014

Sekolah? Masih Berguna Nggak sih?

                Ane sering mengamati anak – anak sekolahan di perkotaan—lebih tepatnya Bekasi, karena ane tinggal dan  dulu sekolah di kota metropolitan itu—bagaimana pergaulan mereka, bagaimana dedikasi mereka atas ilmu yang sudah mereka peroleh dari bangku sekolah setelah lulus, bagaimana style mereka di jalanan, dan sebagai-bagainya. Lalu apa hasil pengamatan ane? Jauh dari kata “baik”. Mayoritas dari mereka memiliki akhlak yang kurang baik terhadap guru, orang tua, dan sesama mereka sekalipun. Tak perlu disebutkan seperti apa ketidaksopanannya, agan dan sista semua bisa lihat replika alias contohnya di sinetron – sinetron remaja yang sekarang – sekarang ini sedang tayang. Bisa jadi mereka meniru gaya – gaya yang ada di sinetron – sinetron itu, xixixi~. :3
                Lalu selanjutnya yang nggak kalah penting yaitu bagaimana hasil dari belajar mereka selama di sekolah. Kalau ane perhatikan para alumnus, sepertinya banyak dari mereka yang lupa dengan pelajaran – pelajaran sekolah—termasuk ane juga sih u.u—bahkan mengerti saja tidak. Lalu bagaimana mereka mengimplementasikan ilmu yang didapat di sekolah sedangkan mengerti aja nggak? Itu bukan salah mereka sepenuhnya. Minat dan motivasi serta kualitas guru juga menjadi salah satu faktor utama. Jika para siswanya saja tidak tahu untuk apa belajar ipa, untuk apa belajar limit dan integral—yang katanya banyak anak – anak SMA IPA termasuk ane—sering bikin pusing tujuh keliling, bagaimana ia bisa menumbuhkan minatnya sehingga semangat belajarnya meningkat? Peran guru juga berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan motivasi para siswanya, sehingga nggak cuma intelektualitas guru aja yang perlu diperhatikan tetapi juga bagaimana ia bersikap dan berkomunikasi dengan para siswa.
                Ane pernah bertanya kepada seorang ibu rumah tangga yang konon beliau alumni di suatu perguruan tinggi negeri mengapa sekolah –sekolah di luar negeri—maksudnya Negara-negara maju—siswa –siswanya mayoritas lebih berprestasi daripada siswa – siswa di Indonesia yang relatif jam sekolahnya jauh lebih lama. Beliau berpendapat bahwa karena sekolah – sekolah di luar negeri hanya memfokuskan pada bidang – bidang tertentu seperti music saja, sehingga menyesuaikan minat para siswanya dan tidak terlalu membebankan mereka dalam belajar.
                Kalau ditanya sistem pendidikan mana yang ideal? Ane jawab ya sistem pendidikan Islam pada masa kekhalifahan, hehe. Jangan salah sangka dulu, selain karena ane memang seorang muslim, memang terbukti pada  masa itu telah melahirkan ilmuwan – ilmuwan hebat yang mampu mencipatakan banyak inovasi dan penemuan yang bahkan jadi rujukan di seluruh dunia sampai saat ini. Contohnya ilmuwan matematika pada masa kekhilafahan Al-Abbasiyah yaitu Al-Khawarizmi.   Al-Khawarizmi adalah tokoh utama dalam kajian matematika Arab, penyusun tabel astronomi, dan penemu Aljabar pada masa Khalifah Al-Makmun. Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan muslim yang dikenal dengan julukan “Raja diraja Dokter” dan “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit. Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal sebagai saintis ulung dan sebagai filosof. Karya-karya Ibnu Sina sangat terkenal di Barat terutama di berbagai perguruan tinggi di Prancis, salah satu karyanya yaitu Al-Qanun fi At-Tibb dan Asy-Syifa. Dan masih sederet ilmuwan lainnya yang menyumbang inovasi –inovasi besar bagi peradaban dunia pada masa kejayaan Islam. Kalau ditanya lagi seperti apa sistem pendidikan Islam yang ideal seperti apa? Hmmm, ini akan jadi PR bagi ane dan ente – ente semua bagi yang masih penasaran dan prihatin akan pendidikan di Indonesia. Yang jelas, dalam pendidikan, yang perlu ditekankan terlebih dahulu ialah pendidikan agama yang intensif baru merambah ke bidang ilmu lainnya. Sayangnya pada era masa – masa ane sekolah, sepertinya pelajaran agama hanya sebatas itu – itu aja yang dibahas, kurang adanya perkembangan dan dibahas hanya secara garis besar saja. Yang lebih memprihatinkan lagi, belajar agama hanya satu kali dalam satu pekan. Entah bagaimana dengan kurikulum 2013 yang baru ini, apakah ada perubahan? J

                Akhir kata, buat adik – adik yang masih berada di bangku sekolah, tolong manfaatkan sebaik mungkin ilmu yang adik –adik peroleh di bangku sekolah. Jangan seperti kakakmu ini yang menyesal karena tidak semua pelajaran di sekolah ane paham betul dan akhirnya tidak tahu bagaimana mengimplementasikannya. Jikalau adik – adik tidak benar – benar serius menjalani sekolah, coba pikir ulang lagi mengenai niat kalian untuk sekolah, pikirkan bagaimana susahnya orang tua mencari nafkah untuk adik – adik bisa sekolah lalu adik – adik sia –siakan kesempatan meraih ilmu begitu aja. Pikirkan, dik. J

Jumat, 15 Agustus 2014

Rasanya Jadi Mahasiswa itu….

Tidak terasa, sudah satu tahun lamanya aku menempuh hidupku sebagai seorang mahasiswa. Kupikir kehidupan sebagai seorang mahasiswa itu menyeramkan. Dosen yang kurang ramah, tugas yang bertumpukan, pergaulan yang lebih bebas, dan sederet pikiran negatif lainnya. Memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Lalu mana yang benar? Hehe jangan diambil pusing. ^^ oke, kalin ini aku ingin sedikit berbagi cerita mengenai pengalamanku selama satu tahun itu.
                Kurang lebih pada tanggal 15 Agustus 2013, aku mengikhlaskan diri untuk menerima tawaran sebagai mahasiswa Akademi Kimia Analisis Bogor. Dan dari situlah sederet perjuanganku dimulai. Pada awalnya aku memang agak kaget dengan sederetan aktivitas yang menghujam. Bingung? Sudah jelas. Mengapa bingung? Karena aku keteteran untuk mengejar tiap target – target. Sebagai seorang mahasiswa bertitel sains, sudah barang tentu aku menjalani sederetan praktikum di laboratorium beserta pengerjaan laporannya. Ditambah lagi kampusku adalah akademi, sudah jelas para asdos*nya akan mendidik kami dengan kedisiplinan. Disamping laporan praktikum yang harus diselesaikan, sederetan tugas kelompok dan individu yang harus selesai juga tepat waktu, aku juga meluangkan waktuku untuk ikut organisasi dan kepanitiaan di kampus. Lelah? Sudah tentu. Bahkan aku sempat menangis karena merasa tidak sanggup menjalani semua aktivitas itu. Namun kesibukan itu ternyata memberi banyak pelajaran berharga bagiku. Melaluinya, aku bisa berpikir sedikit –pake banget—lebih dewasa. Aku juga bisa bertemu teman – teman yang hebat dan menginspirasiku sengaja ataupun tidak sengaja. Aku menjadi lebih mengerti bagaimana memenej waktu dengan baik, memahami perbedaan tiap karakter seseorang, merasa lebih banyak mendekatkan diri kepada Allaah, daaan sebagai bagainya.
                Masalah pergaulan, alhamdulillaah aku tidak perlu khawatir soal itu. Selama kita menjaga diri dalam poros kebaikan, insya Allaah kita akan terhindar dari pergaulan bebas. Bila kau mencari teman yang baik, carilah mereka di tempat yang baik. Bila kau sering berada di tempat yang buruk, maka kau akan sering berkawan dengan orang – orang yang tidak baik. Persis seperti yang dipepatahkan Rasulullaah shallallaahu alaihi wa sallam. Bila kau dekat – dekat dengan tukang parfum, maka bajumu akan bau parfur. Bila kau dekat – dekat dengan tukang  besi, maka bajumu akan bau besi.
                Namun sederetan aktivitas yang dijalani harus didasari dengan apa yang ingin dicapai di masa depan. Bila kita sibuk gak karuan hingga mengabaikan tujuan utama kita yaitu akademik –seperti yang diamanahkan oleh orang tua—dan hasilnya nihil, itu sama saja akan membuang banyak waktu kita dan menyisakan penyesalan di akhir nanti. Kita perlu memikirkan tiap resiko dari apa yang kita putuskan untuk mengurangi rasa penyesalan di akhir cerita.
                Pada intinya, saat aku menjadi seorang mahasiswa, aku merasa lebih bebas mengeksplor diri ke dalam hal – hal yang menyangkut cita – citaku. Biasanya, jati diri seorang anak muda akan semakin terlihat ketika ia memasuki masa – masa kuliah, dimana ia lebih bebas menentukan pilihan hidupnya dan cara menyikapi setiap tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu, sebelum menempuh usia remaja, orang tua harus mempersiapakan baginya ilmu agama yang kuat agar anak tidak salah langkah dalam mengambil langkah untuk hidupnya.

                Dan di akhir kata aku ucapkan, selamat menempuh gerbang perkuliahan, nikmati masa – masamu sebagai seorang mahasiswa. Menjadi seorang mahasiswa bukan soal belajar belajar  dan belajar, tetapi juga soal pengabdian ke masyarakat. Karena saat ini masyarakat memang sangat membutuhkan uluran tangan para mahasiswa yang memiliki kesempatan lebih untuk mengenyam ilmu.

*asdos: asisten dosen