Minggu, 08 Februari 2015

Seorang Pemimpin yang Sesungguhnya

Surat Imam Hasan Al Basri kepada Khalifah 

            Syaikh Abdul Aziz Al Badri dalam kitabnya Al Islam bainal Ulama wal Hukkam menukil jawaban Imam Hasan Al Basri kepada pertanyaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Amirul Mukminin, tentang sifat-sifat imam yang adil.
            Beliau menjawab:
            “Sesungguhnya Allah menjadikan Imam yang adil itu untuk meluruskan yang bengkok, membimbing yang zalim, memperbaiki yang rusak, membela yang lemah, pelindung bagi yang teraniaya, menjadi perantara Allah dengan para hamba-Nya, mendengarkan firman Allah dan memperdengarkan-Nya, melihat Allah dan diperkenalkannya, tunduk kepada Allah dan membimbing hamba-hamba-Nya.
            Dia seumpama seorang budak yang dipercaya oleh tuannya untuk menjaga dan memelihara harta dan keluarganya. Dia tidak akan menghukum dengan hukum jahiliyah. Tidak mengikuti jalan orang yang zalim, tidak akan membiarkan orang yang zalim berbuat sewenang-wenang terhadap yang lemah, pemegang wasiat anak yatim dan amanat orang miskin, mendidik yang kecil dan mengawasi yang besar.”.
            Singkat jawaban ulama pewaris Nabi itu, tapi padat dan bernas. Beberapa pelajaran yang kita peroleh dari jawaban tersebut antara lain:
            Pertama, Imam atau kepala negara yang adil itu adalah orang yang mendapatkan amanat kekuasaan dari Allah, walau secara operasionalnya adalah dipilih rakyat, untuk meluruskan yang bengkok agar lurus kembali sesuai dengan syariat Allah SWT. Oleh karena itu, bila ada yang murtad atau menyimpang dari syariat, segera diminta bertaubat dan kalau mau ambil tindakan yang tegas, baik diberikan hukuman atau diperangi.
            Kedua, Imam itu mendapatkan amanat kekuasaan untuk menghilangkan kezaliman dan dengan kekuasaannya itu dia wajib melindungi kaum yang lemah yang biasanya menjadi korban kezaliman.
            Ketiga, Imam itu menjadi munafidzur risalah, eksekutif yang menjalankan hukum-hukum Allah. Oleh karena itu, dia harus mendengarkan firman Allah yang menjadi sumber hukum Allah dan memperdengarkan kepada masyarakat agar mereka tahu hukum-hukum Allah dan menegakkannya dengan memberikan peringatan dan sanksi kepada siapa saja yang melanggarnya. Imam menyelenggarakan pendidikan gratis kepada rakyat agar mereka tahu ilmu-ilmu syariat. Imam menanggung semua biayanya dengan memberikan gaji dan kompensasi kepada para alim ulama untuk menyampaikan ilmunya kepada masyarakat. Imam menjamin kesejahteraan mereka lahir batin sebelum menghukum mereka yang ingkar. Imam itu membimbing para hamba Allah agar tunduk kepada hukum-hukum Allah SWT sebagai wujud ibadah kepada-Nya.
            Keempat, Imam laksana budak yang menjaga dan memelihara harta dan keluarga tuannya. Tentu saja budak itu akan menjalankan tugasnya sesuai dengan SOP (Standard Operational System) yang diberikan oleh tuannya. Oleh karena itu, Imam yang menerima amanat kekuasaan untuk mengurus rakyat muslim tidak akan menggunakan hukum jahiliyah, yakni hukum selain Islam. Sebab hal itu bukan SOP yang dititahkan Allah kepada para Imam. SOP dari Allah SWT adalah syariat Islam yang sempurna. Bukankah Allah SWT berfirman kepada para Imam atau kepala negara kaum muslimin sebagaimana Dia SWT berfirman kepada kepala negara pertama kaum muslimin, yakni baginda Rasulullah saw.:
            “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al Maidah 49)
            Juga Dia SWT berfirman:
            “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al Maidah 50)
            Sungguh, indah sekali jika penguasa hari ini bersikap seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz, seorang imam yang adil dan tawadlu, gemar bertanya kepada ulama. Dan sungguh indah sekali kehidupan ini, bila para ulama bersikap seperti Imam Hasan Al Bashri, pemimpin para ulama waratsatul anbiya, orang-orang yang lugas, yang menyampaikan amanat ilmu apa adanya, tanpa tedeng aling-aling. Para ulama yang tidak punya rasa takut kecuali hanya kepada Allah, para ulama yang melihat penguasa laksana melihat kucing. Wa Islama, wa ulama, wa imama!
Muhammad Al Khaththath

Sumber artikel:
Suara Islam edisi 44 tanggal 16 – 29 Mei 2008 M/10 – 23 Jumadil Awal 1429 H