Senin, 12 Desember 2016

The Finishing and The Begining

Alhamdulillah, tepat hari Kamis, 1 Desember 2016 aku resmi diwisuda sebagai alumni Politeknik AKA Bogor tahun 2016. Meski momen ini dilewati dengan rasa tegang karena tiba-tiba Atu Tan (nenek) menghilang, namun aku sangat bersyukur akhirnya beban kedua orang tuaku sudah berkurang. Dan allhamdulillah, Atu Tan telah dipertemukan kembali dengan kami.

Sedih, haru, bahagia, semua bercampur ketika hari-hari mendekati wisuda. Bagaimana tidak, membayangkan bagaimana Papah Mamah berjuang agar aku dapat kuliah itu sungguh luar biasa. Biaya yang dikeluarkan bukan hanya untuk uang semester, tetapi juga biaya hidup selama kos di Bogor. Apabila dibandingkan dengan penghasilan Papah, Ya Allah……rasanya bisa kuliah dan makan nasi-tempe saja aku bersyukur. Sungguh, kalau bukan karena keajaiban dan pertolongan Allah, aku tidak tahu lagi bagaimana nasib kuliahku.

Aku sangat bersyukur ditakdirkan untuk dapat kuliah di Politeknik AKA Bogor. Aku merasakan pengalaman yang luar biasa dalam hidupku. Aku benar-benar menemukan jatidiriku dan tujuan hidupku di kampus ini dan di kota ini. Bermula dari kampus ini, aku merasakan kedisiplinan yang luar biasa (apa-apa harus tepat waktu), bagaimana memenej waktu di antara kepadatan aktivitas (seimbang antara tugas kampus, belajar Islam, dan kepanitiaan), bertemu dengan teman-teman luar biasa yang berasal dari berbagai daerah senusantara, mengenal lebih jauh tentang dunia eksak terutama kimia, dan yang paling penting adalah mengetahui jatidiriku bahwa hidupku adalah untuk mengabdikan diri kepada agama Allah, yaitu ISLAM, melalui profesi dan hobiku (semoga Allah meridhoi).

Jujur, sebenarnya aku sempat kecewa karena mimpiku menjadi seorang dokter tidak bisa kuwujudkan seperti yang Papah impikan saat masih muda, namun bukan berarti jalan yang sudah kutempuh adalah suatu yang sia-sia. Aku juga bahkan hampir putus asa karena aku sering mengalami kegagalan selama kuliah dan praktikum dan merasa bahwa kimia bukanlah jalanku. Alhamdulillah, aku terus meyakinkan diri bahwa banyak orang-orang di luar sana yang memiliki banyak keterbatan namun mampu menggapai mimpinya. Ada salah satu dosen di kampusku yang menginspirasiku, beliau bercerita bahwa dirinya saat kuliah bukanlah termasuk orang dengan IQ yang cerdas. Ia sadar akan kekurangannya, lalu ia menutupinya dengan banyak belajar, sehingga beliau mampu menyelesaikan kuliahnya di bidang fisika.

Ada lagi alumni kampusku yang juga sangat menginspirasiku bahkan aku ingin mencoba mengikuti jejaknya. Beliau saat kuliah bukanlah termasuk mahasiswa dengan IP yang tinggi, tetapi ia tetap percaya diri. Begitu juga saat beliau melanjutkan S1 di IPB, beliau juga bukan termasuk mahasiswa ber-IPK tinggi. Namun yang menarik bagiku adalah, beliau berhasil untuk dapat bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), sebuah lembaga yang sangat aku impikan untuk dapat bekerja di sana sejak aku dinyatakan lolos seleksi masuk kampusku. Beliau juga berhasil melanjutkan S2 dan S3 nya di Kyoto University, Kyoto, Jepang, salah satu negara favorit yang ingin kukunjungi. Ahh……aku semakin yakin bahwa semakin kuat keinginan seseorang untuk menggapai suatu mimpi maka usahanya akan semakin kuat, dan insya Allah, mimpi itu akan terwujud. Ya, aku merasakannya saat aku kuliah. Dulu sewaktu SMA, aku ingin sekali untuk bisa merasakan praktikum IPA yang sering. Selain itu, aku juga ingin sekali bisa bertemu dengan orang-orang yang ghirah Islam-nya tinggi. Aku juga dulu sangat berharap untuk bisa kuliah di negeri dan jurusan eksak. Alhamdulillah, perlahan-lahan mimpiku terwujud, bahkan keinginan untuk bertemu teman-teman yang sehobi pun terwujud.

Sebagai muslim, mimpi bukan soal capaian-capaian yang ingin diraih demi sebuah kebanggaan dan kekayaan, melainkan bagaimana menjadikan mimpi itu apabila dicapai akan membawa manfaat untuk umat, terutama untuk dakwah Islam. Sebab sudah jelas dalam Al Quran bahwa manusia dan jin diciptakan hanya untuk menyembah Allah (QS Adz Dzariyaat: 56), dan menjadi pemimpin di muka bumi (QS Al-Baqarah: 30), dan sabda Rasulullah bahwa manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat. Karena akan ada hari penghisaban setelah kematian yang akan menentukan nasib seseorang sesuai amalannya (QS Aal Imran: 25), apakah akan berakhir di surga atau di neraka (na’udzubillah).

Akhirnya, pada paragraf akhir ini aku ingin mengucapkan beribu terimakasih yang pertama kepada Allah Ta’ala atas nikmat iman dan Islam yang telah Ia tanamkan dalam diriku, juga kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wa sallam serta para sahabatnya yang bersedia mengorbankan jiwa, raga dan hartanya demi tersebarnya ajaran Islam sehingga menghasilkan peradaban manusia yang maju di segala bidang. Kemudian kepada Mamah dan Papah yang bersedia merawatku, mendidikku, memberiku uang jajan, ahh……betapa banyak kebaikan beliau-beliau kepadaku hingga sulit kusebutkan. Maafkan anakmu yang belum bisa menjadi anak seperti yang Mamah Papah harapkan. Lalu kepada sahabat-sahabatku; temen main masa SD, geng SMP (Nanda, Rizka, Ina, dst.), geng karib, juga teman-teman kuliah; kosan Amirah (Desty, Mega, Irma, Iyos, Qod, Putri, dst.), LDK KMA, Ekskim AKABO, dan sahabat-sahabat seperjuangan; Tri, Uni Icha, Juju, dst. juga teman-teman IOC, yang telah mewarnai hidupku dengan keceriaan hingga berjuang dan bermain bersama sampai membuatku mampu memutuskan bagaimana akan kujalani hidup. Tidak lupa aku ucapkan kepada kakak-kakak QC di PT Darya Varia Citeureup yang banyak memberikan bimbingan selama PKL. Terimakasih yang luar biasa kepada Bapak dosen pembimbing, Noviar Dja’var, M.Si., dan Bapak pembimbing PKL, Ahmad Rodjai H., B.Sc., yang bersedia membimbing selama PKL dan penyusunan Tugas Akhir serta wejangan-wejangannya yang memompa semangat. Terimakasih juga kepada civitas akademik kampus yang telah membantu proses selama kuliah di Politeknik AKA Bogor. Kepada Ibu Yayuk, aku ucapkan beribu terimakasih atas bimbingannya dalam mengkaji Islam dan wejangan-wejangannya selama halaqoh.



Akhir kata, kelulusan ini bukan akhir dari petualangan melainkan permulaan dari sebuah petualangan hidup setelah berhasil menetapkan tujuan. Semoga Allah selalu meridhoi langkahku, aamiin.

Rabu, 16 Maret 2016

Melanjutkan Langkah

Alhamdulillah, mendapat kesempatan menjadi kontributor di web islamicotaku.com beberapa pekan lalu. Awalnya memang sedikit ragu, karena ane sendiri jarang hadir dalam gathering dan event dari Islamic Otaku Community, hehe. Namun akhirnya ane tetap "dicemlpungin" ke dalam grup whatsapp kontributor web-nya. Akhirnya ane menulis posting perdana ane dalam web tersebut. Bagi yang pecinta anime khususnya Dragon Ball, let's check it out! :D


Sutradara: Kimitoshi Chioka
Penulis: Akira Toriyama
Studio: Toei Animation
Tayang Perdana: 05 Juli 2015 – sekarang
Genre: Action, Fantasy, Comedy, Super power, Shounen

Dragon Ball? Siapa yang tidak tahu Dragon Ball? Bahkan sebagian masyarakat yang bukan otaku atau maniak anime pun tahu Dragon Ball. Bisa dikatakan popularitasnya tidak jauh berbeda dengan Naruto. Hanya karena sempat vakum untuk beberapa tahun (karena memang sudah dianggap tamat) anime ini sempat dilupakan. Hmmm…, terlalu maniisss tuk dilupakaaan kenangan yang indah bersamamuu (Dragon Ball)…duh malah nyanyi ^^a
Yap, kini Dragon Ball yang sudah diakhiri serialnya pada Dragon Ball GT kembali hadir di era modern dengan serialnya Dragon Ball Super. Serial ini bermula dari berakhirnya pertempuran Goku dkk. dengan Majin Buu (setelah episode 157 Dragon Ball Kai) di mana kehidupan kembali damai. Kisah selanjutnya merupakan cerita yang diangkat dari filmnya yang berjudul Battle of God dan Resurrection F.  Sempat diberitakan di liputan6.com bahwa serial Dragon Ball GT dihapus dari ceritanya. Wah, ada apa, ya?
Hadirnya kembali Dragon Ball dengan serial terbarunya telah membangkitkan memori ane akan asyiknya menonton anime ini. Bisa dikatakan bahwa pertempuran khas yang disajikan dalam anime ini sedikit membosankan namun yang menarik dalam ceritanya adalah karena semakin banyaknya tokoh-tokoh utama yang kekuatannya hampir mendekati kekuatan Goku seperti Goten dan Thrunks yang merupakan manusia setengah saiya dari ayahnya Goku dan Vegeta seperti Gohan, juga tokoh-tokoh pendukung lainnya yang menjadi keluarga Goku seperti Mr. Satan (hobi mengaku dirinya manusia terkuat) dan anaknya Videl yang akhirnya menikah dengan Gohan, anak Goku. Tak kalah menariknya lagi daya khayalnya yang tinggi dan cakupan ceritanya sangat luas meliputi alam semesta dan para dewa, bahkan alam semesta tidak hanya satu melainkan ada 12 yang masing-masing alam semesta berpasangan (nah loh, bingung kan? :D). 
Yang cukup menarik dari saya dengan serial terbaru ini adalah seni humornya yang lahir dari sosok Vegeta, rival abadi Goku yang sangat menjunjung tinggi harga dirinya. Bayangkan saja, seorang Vegeta yang terkenal tidak berbelas kasih mau mengajak keluarganya Bulma dan Thrunks untuk ke taman hiburan. Yang begitu mengenal sosok Vegeta pasti sangat terkejut dan terbahak-bahak saat pertama kali melihat scene ini.
Belum lagi ketika Bills (Jepang: Beerus), dewa penghancur yang hanya bangkit  beberapa tahun sekali, datang bersama Whis ke bumi setelah mengalahkan Goku  dengan dua kali serangan di planet Kaiou. Karena takut Bills mengamuk dan menghancurkan bumi, Vegeta mati-matian memasak hidangan terlezat di kapal Bulma agar Bills betah di bumi. “Hellooww, Vegeta masak? Cuma buat ngambil hati orang?” kira-kira begitu yang terlintas di pikiran saya. :D
Scene lucu pun datang dari sosok Piccollo, seorang manusia namek yang cukup dingin namun begitu sayang dengan Gohan.  Bayangkan saja, Piccollo mau saja ia disuruh oleh Chi-Chi, istri Goku, untuk membawakan barang yang berat untuk keluarga Gohan. Belum lagi ketika Piccollo harus menjaga Pan, anak Gohan dan Videl yang baru lahir, diam-diam ia menjulurkan lidahnya (melet-melet gitu :D) hanya untuk membuat Pan tertawa.

Untuk penilaian saya pribadi, dari segi humor tidak perlu ditanyakan lagi. Dari alur ceritanya bagi saya cukup menarik karena karakternya terus tumbuh dan pertarungannya cukup seru untuk ditonton. Untuk  hal-hal yang bisa dipetik dari cerita ini berikut saya paparkan:
·         Sebagai makhluk yang punya jiwa bersaing, memiliki seorang rival saya pikir bukanlah hal yang buruk. Adanya rival akan membangkitkan daya juang kita agar terus bangkit dan tidak bermalas-malasan. Melihat Goku dan Vegeta sebagai rival mengingatkan saya dengan Umar ibn Al-Khatthab yang begitu semangatnya beramal sebanyak-banyaknya agar ia bisa menyamai kedudukannya dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq  dalam hal kecintaan kepada Rasulullah SAW. Namun Umar sangat mengakui kehebatan Abu Bakar yang begitu dekat dengan Rasulullah, mirip seperti Vegeta yang mengakui kehebatan kekuatan Goku. (namun tentu banyak yang beda).

·         Ketika kita melihat seseorang yang kemampuannya jauh dari kita, tidak perlu minder. Perhatikan saja apa yang ia lakukan, cermati langkah-langkahnya dalam menangani bidang keahliannya. Seperti yang dilakukan Krillin yang selama ini selalu mengamati pertarungan Goku dengan musuh-musuh yang kuat. Walau sempat minder, akhirnya ia menyadari potensi dirinya karena selama ini mengamati pertarungan Goku.
·         Dalam mengalahkan musuh, biasanya Goku memprediksi kekuatan musuhnya terlebih dahulu dengan mencoba. Jika dirasa tidak mampu, ia memilih untuk menunda melawannya sampai ia yakin bahwa kekuatannya sepadan dengannya. Dalam hal ini, ketika kita menghadapi sesuatu, kita perlu membaca situasi dan kondisinya lalu menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. contohnya, ketika kau menghadapi UN kita perlu banyak latihan soal untuk memahami polanya. Setelah terbiasa dengan soalnya kita juga perlu menyusun trik agar bisa menguasai soal UN.
Ada hal yang cukup menggelitik dari anime ini bagi saya. Seperti yang sudah saya sebutkan bahwa kisah Dragon Ball memiliki daya khayal yang tinggi. Kita lihat saja dalam ceritanya terdapat banyak dewa yang memiliki perannya masing-masing. Misalnya, dewa bumi yang diangkat dari manusia namek. Ada dewa tertinggi yang bertugas untuk menciptakan. Di samping itu ada dewa penghancur yang—katanya—bertugas menghancurkan sebagai penyeimbang dari dewa pencipta. Belum lagi para dewa tersebut jabatannya silih berganti dari generasi ke generasi. Bisa dibayangkan bagaimana seandainya ini benar-benar terjadi? Begitu lemah dewa yang menjadi sandaran, belum lagi apabila terjadi perebutan kekuasaan. Bisa kacau alam semesta ini. karena itulah sebelum menonton anime ini bagi yang muslim harap memperkuat akidah Islamiyahnya. Menonton anime ini saya rasa pas untuk sekedar mempelajari konsep Politeisme (tuhan yang banyak) dan mempelajari kelemahannya.
Ada sedikit yang mengecewakan dari anime ini.  Gambar yang dihasilkan dari Dragon Ball Super tidak sebaik gambar anime Dragon Ball dalam seri sebelumnya. Tentu hal ini sudah ramai dibicarakan di kalangan netizen pecinta Dragon Ball, tapi bagi saya yang penting ceritanya tetap asyik, hehe.
Postingan aslinya bisa di-klik di http://www.islamicotaku.com/2016/03/comeback-of-dragon-ball.html