Alhamdulillah, tepat hari Kamis, 1 Desember 2016 aku resmi
diwisuda sebagai alumni Politeknik AKA Bogor tahun 2016. Meski momen ini
dilewati dengan rasa tegang karena tiba-tiba Atu Tan (nenek) menghilang, namun
aku sangat bersyukur akhirnya beban kedua orang tuaku sudah berkurang. Dan
allhamdulillah, Atu Tan telah dipertemukan kembali dengan kami.
Sedih, haru, bahagia, semua bercampur ketika hari-hari
mendekati wisuda. Bagaimana tidak, membayangkan bagaimana Papah Mamah berjuang
agar aku dapat kuliah itu sungguh luar biasa. Biaya yang dikeluarkan bukan
hanya untuk uang semester, tetapi juga biaya hidup selama kos di Bogor. Apabila
dibandingkan dengan penghasilan Papah, Ya Allah……rasanya bisa kuliah dan makan nasi-tempe
saja aku bersyukur. Sungguh, kalau bukan karena keajaiban dan pertolongan
Allah, aku tidak tahu lagi bagaimana nasib kuliahku.
Aku sangat bersyukur ditakdirkan untuk dapat kuliah di
Politeknik AKA Bogor. Aku merasakan pengalaman yang luar biasa dalam hidupku.
Aku benar-benar menemukan jatidiriku dan tujuan hidupku di kampus ini dan di
kota ini. Bermula dari kampus ini, aku merasakan kedisiplinan yang luar biasa
(apa-apa harus tepat waktu), bagaimana memenej waktu di antara kepadatan
aktivitas (seimbang antara tugas kampus, belajar Islam, dan kepanitiaan), bertemu
dengan teman-teman luar biasa yang berasal dari berbagai daerah senusantara,
mengenal lebih jauh tentang dunia eksak terutama kimia, dan yang paling penting
adalah mengetahui jatidiriku bahwa hidupku adalah untuk mengabdikan diri kepada
agama Allah, yaitu ISLAM, melalui profesi dan hobiku (semoga Allah meridhoi).
Jujur, sebenarnya aku sempat kecewa karena mimpiku menjadi
seorang dokter tidak bisa kuwujudkan seperti yang Papah impikan saat masih
muda, namun bukan berarti jalan yang sudah kutempuh adalah suatu yang sia-sia.
Aku juga bahkan hampir putus asa karena aku sering mengalami kegagalan selama
kuliah dan praktikum dan merasa bahwa kimia bukanlah jalanku. Alhamdulillah,
aku terus meyakinkan diri bahwa banyak orang-orang di luar sana yang memiliki
banyak keterbatan namun mampu menggapai mimpinya. Ada salah satu dosen di
kampusku yang menginspirasiku, beliau bercerita bahwa dirinya saat kuliah bukanlah
termasuk orang dengan IQ yang cerdas. Ia sadar akan kekurangannya, lalu ia
menutupinya dengan banyak belajar, sehingga beliau mampu menyelesaikan
kuliahnya di bidang fisika.
Ada lagi alumni kampusku yang juga sangat menginspirasiku
bahkan aku ingin mencoba mengikuti jejaknya. Beliau saat kuliah bukanlah
termasuk mahasiswa dengan IP yang tinggi, tetapi ia tetap percaya diri. Begitu
juga saat beliau melanjutkan S1 di IPB, beliau juga bukan termasuk mahasiswa
ber-IPK tinggi. Namun yang menarik bagiku adalah, beliau berhasil untuk dapat
bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), sebuah lembaga yang
sangat aku impikan untuk dapat bekerja di sana sejak aku dinyatakan lolos
seleksi masuk kampusku. Beliau juga berhasil melanjutkan S2 dan S3 nya di Kyoto
University, Kyoto, Jepang, salah satu negara favorit yang ingin kukunjungi. Ahh……aku
semakin yakin bahwa semakin kuat keinginan seseorang untuk menggapai suatu
mimpi maka usahanya akan semakin kuat, dan insya Allah, mimpi itu akan
terwujud. Ya, aku merasakannya saat aku kuliah. Dulu sewaktu SMA, aku ingin
sekali untuk bisa merasakan praktikum IPA yang sering. Selain itu, aku juga
ingin sekali bisa bertemu dengan orang-orang yang ghirah Islam-nya tinggi. Aku
juga dulu sangat berharap untuk bisa kuliah di negeri dan jurusan eksak. Alhamdulillah,
perlahan-lahan mimpiku terwujud, bahkan keinginan untuk bertemu teman-teman
yang sehobi pun terwujud.
Sebagai muslim, mimpi bukan soal capaian-capaian yang ingin
diraih demi sebuah kebanggaan dan kekayaan, melainkan bagaimana menjadikan
mimpi itu apabila dicapai akan membawa manfaat untuk umat, terutama untuk
dakwah Islam. Sebab sudah jelas dalam Al Quran bahwa manusia dan jin diciptakan
hanya untuk menyembah Allah (QS Adz Dzariyaat: 56), dan menjadi pemimpin di
muka bumi (QS Al-Baqarah: 30), dan sabda Rasulullah bahwa manusia terbaik
adalah yang paling bermanfaat. Karena akan ada hari penghisaban setelah
kematian yang akan menentukan nasib seseorang sesuai amalannya (QS Aal Imran: 25),
apakah akan berakhir di surga atau di neraka (na’udzubillah).
Akhirnya, pada paragraf akhir ini aku ingin mengucapkan beribu
terimakasih yang pertama kepada Allah Ta’ala atas nikmat iman dan Islam yang
telah Ia tanamkan dalam diriku, juga kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi
wa sallam serta para sahabatnya yang bersedia mengorbankan jiwa, raga dan
hartanya demi tersebarnya ajaran Islam sehingga menghasilkan peradaban manusia
yang maju di segala bidang. Kemudian kepada Mamah dan Papah yang bersedia
merawatku, mendidikku, memberiku uang jajan, ahh……betapa banyak kebaikan
beliau-beliau kepadaku hingga sulit kusebutkan. Maafkan anakmu yang belum bisa
menjadi anak seperti yang Mamah Papah harapkan. Lalu kepada sahabat-sahabatku; temen
main masa SD, geng SMP (Nanda, Rizka, Ina, dst.), geng karib, juga teman-teman
kuliah; kosan Amirah (Desty, Mega, Irma, Iyos, Qod, Putri, dst.), LDK KMA,
Ekskim AKABO, dan sahabat-sahabat seperjuangan; Tri, Uni Icha, Juju, dst. juga
teman-teman IOC, yang telah mewarnai hidupku dengan keceriaan hingga berjuang
dan bermain bersama sampai membuatku mampu memutuskan bagaimana akan kujalani
hidup. Tidak lupa aku ucapkan kepada kakak-kakak QC di PT Darya Varia Citeureup
yang banyak memberikan bimbingan selama PKL. Terimakasih yang luar biasa kepada
Bapak dosen pembimbing, Noviar Dja’var, M.Si., dan Bapak pembimbing PKL, Ahmad
Rodjai H., B.Sc., yang bersedia membimbing selama PKL dan penyusunan Tugas
Akhir serta wejangan-wejangannya yang memompa semangat. Terimakasih juga kepada
civitas akademik kampus yang telah membantu proses selama kuliah di Politeknik
AKA Bogor. Kepada Ibu Yayuk, aku ucapkan beribu terimakasih atas bimbingannya
dalam mengkaji Islam dan wejangan-wejangannya selama halaqoh.
Akhir kata, kelulusan ini bukan akhir dari petualangan
melainkan permulaan dari sebuah petualangan hidup setelah berhasil menetapkan
tujuan. Semoga Allah selalu meridhoi langkahku, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar